Profil Masjid
Fasilitas Umum
Sarana Ibadah
Tempat Wudhu
Kamar Mandi/WC
Pembangkit Listrik/Genset
Sound System dan Multimedia
Penyejuk Udara/AC
Kegiatan
Menyelenggarakan Ibadah Sholat Fardhu
Menyelenggarakan Sholat Jumat
Menyelenggarakan Kegiatan Hari Besar Islam
Menyelenggarakan Pengajian Rutin
Fasilitas Ramah Anak
Fasilitas Disabilitas
Fasilitas Perpustakaan
Dokumen
Dokumen tidak ditemukan atau belum diunggah
Sejarah Masjid
Bergaya ornamen Mesjid Demak-Jawa Tengah- Mejid Besar Al-Huda Tanjung Karang Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang yang didirikan tahun 1935 oleh Raja Karang, (Alm.) T. Mohd. Arifin, hingga kini masih mempertahankan keasrian ornamen itu, Meski disebelah luar terjadi penambahan bangunan.
“Kita hanya menambah tempat berwuduk Jama’ah, dan memperbesar teras, tetapi tidak mengganggu bangunan induk Mesjid, karena ruang dalam masjid tidak lagi mampu menampung jama’ah kita.
Keterangan yang diperoleh menyebutkan, Bangunan Masjid Al-Huda Tanjung Karang ini sejak awal berdiri telah dititahkan Raja untuk tidak diubah bentuknya. masjid ini mulai direnovasi pada tahun 1980-an dengan menambah teras pada bagian depan Masjid, baru pada tahun 1990 dilakukan perbaikan kubah masjid, namun tak satupun dari ornament dalam bangunan masid yang direnovasi hingga merubah bentuk aslinya.
Dibawah era tahun 2000-an, mesjid ini menjadi satu-satunya masjid yang digunakan warga dari beberapa kampung di Kecamatan Karang baru, seperti Kampung Bundar, Tanjung Karang, Kedai Besi, Kampung Dalam dan sejumlah desa lain yang berdekatan dengan lokasi masjid untuk melakukan ibadah. Namun, beberapa tahun belakangan, terlihat sebahagian warga terutama mereka yang bermukim di Kampung Bundar dan sebahagian warga Kampung Dalam tidak lagi menjadikan masjid ini sebagai satu-satunya masjid untuk beribadah, seperti sholat Jum’at berjamaah, karena di Desa Bundar sendiri telah didirkan sebuah masjid besar dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai masjid besar kabupaten.
Meski demikian, bukan berarti jama’ah dimasjid ini menjadi berkurang, justeru sebaliknya, pihak masjid terpaksa menambah besaran teras depan, untuk menampung jama’ah yang kerap tidak mendapat tempat disaat memasuki waktu sholat Jum’at berjamaah.
Walau, ornament bangunan tidak mengalami perubahan, namun upaya perbaikan serta perawatan tetap berjalan, bila tidak ingin salah satu masjid tua di kabupaten berjulukan Bumi Muda Sedia ini, ikut hancur dimakan zaman.
“Ya…itulah kita berharap adanya bantuan, agar kita dapat tetap melakukan perbaikan-perbaikan bagian yang rusak, contohnya menara itu, kita ada rencana akan di keramik dan sedikit perbaikan.” ujar Jalaluddin