Profil Masjid
Fasilitas Umum
Sarana Ibadah
Tempat Wudhu
Kamar Mandi/WC
Sound System dan Multimedia
Perlengkapan Pengurusan Jenazah
Aula Serba Guna
Ruang Belajar (TPA/Madrasah)
Taman
Parkir
Kegiatan
Menyelenggarakan Ibadah Sholat Fardhu
Menyelenggarakan Sholat Jumat
Menyelenggarakan Kegiatan Hari Besar Islam
Menyelenggarakan Dakwah Islam/Tabliq Akbar
Menyelenggarakan Pengajian Rutin
Menyelenggarakan kegiatan pendidikan (TPA, Madrasah, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)
Pemberdayaan Zakat, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf
Fasilitas Ramah Anak
Fasilitas Disabilitas
Fasilitas Perpustakaan
Dokumen
Dokumen tidak ditemukan atau belum diunggah
Sejarah Masjid
Sekitar tahun 1760, ketika Kota Manado mulai membuka dirinya sebagai lintasan perdagangan rempah-rempah di wilayah KTI setelah Makassar, Ternate dan Ambon, Kota Manado mulai dijadikan daerah transit (persinggahan) para pedagang. Awalnya para pendatang yang berprofesi sebagai pedagang dan beragama Islam dari Ternate, Tidore, Makian (Maluku Utara) dan Hitu (Ambon), mulai tinggal dan menetap sementara di Manado, tepatnya di kawasan Pondol.
Seiring waktu dengan kian ramainya jalur perdagangan, para pedagang Islam dari Jawa Tengah, Solo, Yogyakarta sertaSurabaya, pun mulai ikut menetap. Banyak dari mereka yang juga berprofesi sebagai pegawai yang bekerja pada pemerintahan Hindia Belanda. Makin banyaknya penduduk muslim baru di Manado, mereka perlahan-lahan mulai berpikir untuk mendirikan atau membangun suatu perkampungan baru yang khusus bagi komunitas muslim, agar mereka lebih leluasa menjalankan ajaran Islam sesuai dengan tuntunan agama.
Keinginan mereka baru bisa terealisasi sekitar 1770 atau 10 tahun kemudian. Itupun dengan persetujuan pemerintahBelanda yang memilih lokasi kosong dan layak untuk di huni, yakni ujung Utara Manado, kala itu bernama Kampung Suraya. Kampung itulah kemudian menjadi tempat bagi pendatang komunitas muslim dalam melangsungkan hidup dan kehidupannya.
Sekitar 1830 bangunan masjid untuk pertama kalinya dipugar. Masjid direnovasi menjadi lebih besar dengan ukuran 8 x 8 meter, dengan pondasi mulai memakai campuran kapur dengan tras. Perbaikan bangunan masjid terus dilakukan. Tahun1930, diubah menjadi 8 x 12 meter. Selanjutnya diperluas lagi menjadi 8 x 14 meter. Selanjutnya antara 1967 – 1995 diperluas menjadi 26 x 26 meter.[3] Dan pada 2001 sampai sekarang terus dilakukan perbaikan, dengan pemasangan tegel/keramik pada semua bagian masjid. Ini dilakukan selain makin bertambahnya penduduk muslim, juga intensitas kegiatan dalam mengembangkan kebudayaan Islam makin banyak. Seperti, baca tulis Al-Quran, Barzanji, baca doa Maulud, kesenian Hadrah dan Samra.
Sebagai masjid pertama di Kota Manado dan kedua terbesar setelah Masjid Raya Ahmad Yani, Masjid Awal Fathul Mubien diberikan status sebagai masjid Agung pada 1 Juli 1991. Tercatat pula, sejak masjid didirikan 1770 sampai sekarang, sudah 7 orang yang dipilih sebagai imam yakni, Taher Umar, Hi. Ahmad Buntjong, Hi. Umar Jaseh, Akwan Hamadi, Hi. Said T Bachmid, Achmad Z Makkah dan Drs Hi. Abdurrahman Noh (imam saat ini).