Profil Masjid
Fasilitas Umum
Sarana Ibadah
Tempat Wudhu
Kamar Mandi/WC
Pembangkit Listrik/Genset
Sound System dan Multimedia
Penyejuk Udara/AC
Kantor Sekretariat
Perpustakaan
Perlengkapan Pengurusan Jenazah
Ruang Belajar (TPA/Madrasah)
Tempat Penitipan Sepatu/Sandal
Gudang
Taman
Parkir
Kegiatan
Menyelenggarakan Ibadah Sholat Fardhu
Menyelenggarakan Sholat Jumat
Menyelenggarakan Kegiatan Hari Besar Islam
Menyelenggarakan Dakwah Islam/Tabliq Akbar
Menyelenggarakan Pengajian Rutin
Menyelenggarakan kegiatan pendidikan (TPA, Madrasah, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)
Pemberdayaan Zakat, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf
Fasilitas Ramah Anak
Fasilitas Disabilitas
Fasilitas Perpustakaan
Dokumen
Dokumen tidak ditemukan atau belum diunggah
Sejarah Masjid
Masjid Baiturrahman Sungayang merupakan salah satu masjid tua di Indonesia. Masjid ini terletak di Nagari Sungayang. Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar. Provinsi Sumatera Barat. Nagari Sungayang berjarak sekitar tujuh KM dari Batusangkar.
Keberadaan masjid ini tidak terlepas dari sejarah berdirinya Nagari Sungayang. Nagari Sungayang terbentuk tahun 1892, yang sebelumnya pada masa Kolonial Belanda wilayahnya digabungkan dengan Nagari Tanjung. Setelah terbentuk, Datuk Paduko Rajo diangkat sebagai kepala nagari oleh Belanda. Tahun 1910, ia digantikan oleh Datuk Gadang Majo Lelo d.alam suatu musyawarah yang diadakan oleh Datuk Gadang Majo Lelo Masyarakat Nagari Sungayang sepakat membangun sebuah masjid, balai adat, pasar, dan kantor nagari.
Masjid Baiturrahman dibangun atas kesepakatan masyarakat setempat pada tahun 1910-an mengingat masjid sebelumnya di Nagari Sungayang sudah roboh. Setelah selesai dibangun pada akhir tahun 1916,tepatnya pada tanggal 27 Desember 1916, pembangunan masjid selesai dikerjakan dan diresmikan dengan nama Masjid Baiturrahman.
Pada tahun 1926, masjid ini ikut runtuh akibat gempa bumi yang meluluhlantakkan Padang Panjang dan sekitarnya. Atapnya yang lima tingkat roboh dua tingkat. Setelah dilakukan revovasi dengan tanpa mengubah bentuk aslinya, aktivitas-aktivitas di masjid ini yang sebelumnya sempat terhenti akibat gempa mulai dihidupkan kembali, terutama sejak kembalinya Mahmud Yunus dari Mesir. Selain kegiatan keagamaan, kegiatan-kegiatan kemasyarakatan sering pula diadakan di lingkungan masjid ini. Pada zaman pendudukan Jepang, dibentuk pelatihan ketentaraaan yang diberi nama Barisan Pemuda Masjid Baiturrahman, dan pada awal masa revolusi kemerdekaan, dibentuk pula pasukan Sabilillah, yang kemudian bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Tahun 2007, masjid ini kembali mengalami kerusakan berat akibat gempa bumi yang mengguncang sejumlah daerah di Sumatera Barat.Namun, mengingat kondisi bangunan yang dinilai tidak layak lagi dipakai, bangunan masjid ini diputuskan untuk dibongkar.Selanjutnya, berkat bantuan masyarakat setempat dan para perantau serta sejumlah bantuan lain, Masjid Baiturrahman Sungayang dapat berdiri kembali pada tahun 2011. Pembangunan kembali masjid ini dilaksanakan selama 46 bulan, sejak 11 Agustus 2007 hingga 30 Juli 2011 dan diresmikan tanggal 03 September 2011.