Profil Masjid
Fasilitas Umum
Sarana Ibadah
Tempat Wudhu
Kamar Mandi/WC
Sound System dan Multimedia
Kantor Sekretariat
Toko
Tempat Penitipan Sepatu/Sandal
Taman
Parkir
Kegiatan
Menyelenggarakan Ibadah Sholat Fardhu
Menyelenggarakan Sholat Jumat
Menyelenggarakan Kegiatan Hari Besar Islam
Menyelenggarakan Dakwah Islam/Tabliq Akbar
Menyelenggarakan Pengajian Rutin
Pemberdayaan Zakat, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf
Fasilitas Ramah Anak
Fasilitas Disabilitas
Fasilitas Perpustakaan
Dokumen
Dokumen tidak ditemukan atau belum diunggah
Sejarah Masjid
Masjid Kampus UGM pertama kali dibangun pada tanggal 21 Mei 1998 yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Prof. Dr. Sukanto Reksohadiprodjo, M.Com (Rektor UGM waktu itu). Pada awal pembangunan, panitia pembangunan masjid hanya mempunyai dana sebesar Rp 60 juta. Tetapi berkat kegigihan panitia dan sumbangan para donatur dari berbagai kalangan yang peduli terhadap pembangunan masjid ini, dana yang terkumpul cukup untuk membuat sebuah masjid kampus yang megah dan representatif untuk memenuhi konsep ideal sebuah masjid.
Masjid Kampus UGM digunakan untuk pertama kalinya pada 4 Desember 1999 atau 5 hari menjelang 1 Ramadhan 1420 H, setelah menghabiskan dana sebesar Rp 9,5 miliar. Lantai satu dan lantai dua beserta halaman masjid mampu menampung jamaah sebanyak 10.000 orang.
Arsitektur Masjid Kampus UGM merupakan perpaduan dari gaya arsitektur Masjid Nabawi, kebudayaan Tionghoa, India, dan Jawa. Gaya arsitektur Masjid Nabawi terlihat jelas pada lengkungan-lengkungan bangunan utama dengan hiasan kaligrafi yang makna tulisan itu mengagungkan nama Sang Pencipta. Masjid Kampus UGM dibuat dengan menggabungkan bahan lokal dan impor kualitas terbaik. Seluruh arsitektur Masjid dikerjakan oleh mahasiswa teknik arsitektur UGM.
Kubah Masjid Kampus UGM berbentuk limasan sebagai representasi rumah adat Yogyakarta yang berbentuk Rumah Joglo dengan atap limasan. Tinggi struktur kubah mencapai 32 meter dengan lebar 21 meter. Kubah dan atap masjid ditopang dengan rangka baja. Kubah itu dibuat dari bahan policarbonat transparan dan alumunium keemasan yang didatangkan dari Korea. Di tengah ruangan terdapat lampu gantung yang terbuat dari kuningan dengan jumlah bohlam sebanyak 32 buah. Lampu ini dikontrol secara manual serta remote untuk menurunkannya. Berat lampu ini hampir mencapai 1 ton.
Pintu utama masjid dan daun pintu dibuat tinggi dan dibalut oleh besi tempa. Sedangkan tembok di kanan-kiri pintu ditutup dengan keramik yang didatangkan dari Amerika Serikat, India, dan sedikit produk lokal untuk tiang tengah.
Lantai masjid terbuat dari marmer dan keramik berwarna hijau, merah, dan cokelat. Keramik untuk lantai yang berwarna hijau didatangkan dari Brazil, warna merah dari Batu (Malang), dan keramik berwarna kecokelatan dari Korea.
Tiang masjid juga dibalut dengan keramik dan kuningan. Keramik yang berwarna hijau untuk tiang masjid diimpor dari Brazil. Sedangkan semua yang berbahan kuningan, seperti aksesoris pada tiang, dinding, kaligrafi, hingga lampu gantung didatangkan dari Cepogo, Boyolali. Hiasan yang berada di mihrab, ditiru dari mihrab salah satu masjid di Iran yang divisualisasikan oleh mahasiswa teknik arsitektur UGM dengan mengambil inspirasi dari bentuk rumah lebah.
Suasana, sarana dan prasarana, serta kegiatan yang berkesinambungan di Masjid Kampus UGM membuat masjid ini layak disebut sebagai miniatur peradaban masyarakat Islami. Masjid Kampus UGM memang telah difungsikan sebagai pusat berbagai kegiatan, baik kegiatan agama, wisata, maupun pendidikan. Tak dapat disangkal jika kemegahan Masjid Kampus UGM menjadi kebanggaan bagi civitas akademika UGM. Sebab, hingga hari ini Masjid Kampus UGM masih tercatat sebagai masjid kampus terbesar se-Asia Tenggara.