Profil Masjid
Fasilitas Umum
Sarana Ibadah
Tempat Wudhu
Kamar Mandi/WC
Sound System dan Multimedia
Penyejuk Udara/AC
Kantor Sekretariat
Perpustakaan
Toko
Ruang Belajar (TPA/Madrasah)
Tempat Penitipan Sepatu/Sandal
Gudang
Taman
Parkir
Kegiatan
Menyelenggarakan Ibadah Sholat Fardhu
Menyelenggarakan Sholat Jumat
Menyelenggarakan Kegiatan Hari Besar Islam
Menyelenggarakan Dakwah Islam/Tabliq Akbar
Menyelenggarakan Pengajian Rutin
Menyelenggarakan kegiatan sosial ekonomi (koperasi masjid)
Menyelenggarakan kegiatan pendidikan (TPA, Madrasah, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)
Pemberdayaan Zakat, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf
Fasilitas Ramah Anak
Fasilitas Disabilitas
Fasilitas Perpustakaan
Dokumen
Dokumen tidak ditemukan atau belum diunggah
Sejarah Masjid
Masjid Agung Ciamis, Jawa Barat terletak di jantung kota Kabupaten Ciamis. Posisinya sangat strategis di antara alun-alun kota (Taman Raflesia) Ciamis, Gedung DPRD, dan Kantor Bupati Ciamis. Masjid termegah, terbesar, dan bersejarah di Ciamis ini memegang peranan penting dalam membawa nilai-nilai dakwah dan syiar Islam bagi masyarakat setempat selama ratusan tahun.
Masjid ini mulai dibangun pada tahun 1882, saat Ciamis dipimpin oleh Bupati Galuh Rd. A. A. Koesoemahdiningrat. Namun, baru dapat diselesaikan pada tahun 1902 kala tongkat estafet kepemimpinan Ciamis dipegang oleh Bupati Galuh Rd. A. A. Koesoemah Soebrata yang tak lain adalah putra bupati sebelumnya.
Bentuk masjid yang mengacu pada bentuk khas joglo, yakni atap berbentuk kerucut dengan tiga undakan bertingkat, tersebut digawangi oleh Pangeran Radjab selaku arsitek dengan dibantu oleh ahli bangunan Alhari Joedanagara. Bentuknya menjadi ciri khas bangunan masjid pada periode ini.
Bentuk masjid yang sekarang adalah hasil lima kali perubahan yang cukup signifikan. Pada renovasi pertama yang dilakukan tahun 1902, bentuk masjid dipertahankan. Perubahan hanya dilakukan pada serambi dengan memperluas halaman.
Renovasi kedua dilaksanakan pada 1958 di masa pemerintahan Bupati Rd. Yoesoef Suriasaputra, dengan pelaksana (pemborong) H. Juwinta. Beberapa perubahan yang mencolok dilakukan pada masa ini. Atap berbentuk kerucut yang awalnya menggunakan kayu diubah menjadi berbentuk bulat berbahan seng. Di bagian depan kanan dan kiri masjid dibuat menara berbentuk bulat yang juga terbuat dari seng.
Kemudian, renovasi ketiga dilakukan tahun 1982 pada masa kepemimpinan Bupati Drs. H. Soejoed. Renovasi ini selesai pada masa pemerintahan Bupati H. Momon Gandhasasmita, S.H sekaligus sebagai renovasi keempat.
Pada masa renovasi ketiga dan keempat ini, beberapa hal berubah secara drastis. Kubah yang semula berbahan seng diganti beton dan dibuat lebih tinggi, lantai yang sebelumnya dari tembok diganti dengan keramik, di sebelah utara masjid pada bagian depannya dibangun lagi satu menara, dan ruangan depan serambi masjid yang tadinya tertutup dibuat terbuka.
Pada renovasi terakhir tahun 2002 yang diprakarsai oleh Bupati H. Oma Samita, S.H., M.Si, masjid mengalami beberapa perubahan besar lagi. Yang paling mencolok adalah pada bentuk dan bahan kubah. Kubah yang semula hanya ada satu dan berbahan beton kini mendapat tambahan empat kubah dari fiberglass dan lebih tinggi daripada sebelumnya.
Selain itu, lantai yang semula berbahan keramik telah diganti dengan granit. Untuk pelapis dinding digunakan material marmer, Perubahan ini membuat suasana dalam masjid lebih sejuk.
Di sebelah timur serambi masjid dibangun dua buah menara. Di bagian bawah menara dibangun basement yang berfungsi sebagai kantor, ruang rapat, perpustakaan, toilet, serta lorong bawah tanah yang menghubungkan ruang basement dengan serambi masjid.