Profil Masjid
Fasilitas Umum
Sarana Ibadah
Tempat Wudhu
Kamar Mandi/WC
Pembangkit Listrik/Genset
Sound System dan Multimedia
Penyejuk Udara/AC
Kantor Sekretariat
Perpustakaan
Ruang Belajar (TPA/Madrasah)
Tempat Penitipan Sepatu/Sandal
Gudang
Taman
Parkir
Internet Akses
Kegiatan
Menyelenggarakan Ibadah Sholat Fardhu
Menyelenggarakan Sholat Jumat
Menyelenggarakan Kegiatan Hari Besar Islam
Menyelenggarakan Dakwah Islam/Tabliq Akbar
Menyelenggarakan Pengajian Rutin
Menyelenggarakan kegiatan pendidikan (TPA, Madrasah, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)
Pemberdayaan Zakat, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf
Unit Pengumpul Zakat (UPZ)
Melaksanakan Bimbingan Mualaf
Fasilitas Ramah Anak
Tempat Bermain Anak
Pojok Baca Anak
Fasilitas Disabilitas
Tempat Wudhu Disabilitas
Jalur Kursi Roda
Monitor Informasi
Kursi Shalat Lansia
Fasilitas Perpustakaan
Kitab Suci (Al-Quran & Al-Hadist) ( 20 )
Buku Agama ( 20 )
Pengetahuan Umum ( 5 )
Bacaan Anak ( 20 )
Sejarah Masjid
Masjid Nurul Huda Meulaboh diperkirakan didirikan pada abad ke-18 seiring dengan pertumbuhan Kota Meulaboh waktu itu yang sedang membangun administrasi, ekonomi, dan keagamaan.
Awal masjid ini dibangun dengan konstruksi kayu oleh Ulee Balang Kaway XVI, masyarakat dan kaum pedagang di seputar Kampung Masjid (sekarang sudah menjadi bagian Kampung Belakang), tempat Teuku Umar dilahirkan.
Masjid yang berkonstruksi kayu ini dibangun pada masa Ulee Balang Meulaboh Teuku Tjik Ali yang menyediakan pertapakan tanah dan masyarakat sekitar membangunnya menjadi sebuah masjid sebagai pusat kehulubalangan Ujong Kalak dengan Pasar Gambe sebagai pusat perdagangannya dengan kehulubalangan yang terletak di sekitar Kantor Camat Awal disebelah tanah Telkom.
Pada tahun 1900 masjid kayu tersebut dibuat semi permanen dan tameh atau tiang kayunya diberikan kepada masjid Ujong Kalak Masjid semi permanen ini ada terali di terasnya dengan tempat wudhu berbentuk kolam.
Pada tahun 1938 Masjid ini diperluas oleh T. Tjik Ali Akbar (mertua Teuku Umar) dengan tukangnya Saleh si tukang batu dari Ujong Kalak dan setelah merdeka dibuat permanen dimana peran dari Bupati Sahim dan Daud Dariyah sangat besar.
SELAMAT DARI TSUNAMI
Pada tanggal 26 Desember 2004, kota Meulaboh dilanda tsunami, dan Masjid Nurul Huda mengalami kerusakan dinding sebelah utara miring dan air untuk gelombang pertama yang terjadi pukul 08.30 WIB mencapai 2/3 jendela besi dan gelombang kedua pada pukul 09.30 WIB Cm hampir mencapai flapon. Banyak yang mengandalkan masjid ini sebagai tempat menyelamatkan diri.
Kompleks Masjid Nurul Huda memiliki sejumlah gedung dengan pendidikan dari Paud, Min, MTs dan Pasantren PELMAHA (Pelajar, Mahasiswa dan Hafidh) Sirajul Mukhlashin di bawah naungan Yayasan Nurul Huda Meulaboh