Profil Masjid
Fasilitas Umum
Sarana Ibadah
Tempat Wudhu
Kamar Mandi/WC
Pembangkit Listrik/Genset
Sound System dan Multimedia
Penyejuk Udara/AC
Kantor Sekretariat
Perpustakaan
Mobil Ambulance
Perlengkapan Pengurusan Jenazah
Aula Serba Guna
Toko
Ruang Belajar (TPA/Madrasah)
Tempat Penitipan Sepatu/Sandal
Gudang
Taman
Parkir
Kegiatan
Menyelenggarakan Ibadah Sholat Fardhu
Menyelenggarakan Sholat Jumat
Menyelenggarakan Kegiatan Hari Besar Islam
Menyelenggarakan Dakwah Islam/Tabliq Akbar
Menyelenggarakan Pengajian Rutin
Menyelenggarakan kegiatan pendidikan (TPA, Madrasah, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)
Pemberdayaan Zakat, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf
Fasilitas Ramah Anak
Fasilitas Disabilitas
Fasilitas Perpustakaan
Dokumen
Sejarah Masjid
Masjid Agung Baitul Hakim ( atau disebut Masjid Agung Madiun ) ialah Masjid terbesar yang berlokasi di Kota Madiun Jawa Timur. Posisi masjid ini berada sebelah barat Aloon-aloon Kota Madiun yang secara geografis terletak tepat di pusat Kota Madiun. Ciri yang mudah dilihat adalah dominasi warna biru pada masjidnya dan 5 kubah besar ( satu ditengah yang paling besar di bagian depannya ada 3 kubah lebih kecil dan disebelah selatannya ada 1 kubah ) serta menara tinggi menjulang di setiap sudut bangunan masjid serta satu menara besar yang tingginya sekitar 25 meter ada di sebelah utara pintu gerbang masuk masjid.
Masjid Agung Baitul Hakim Kota Madiun diperkirakan dibangun pada zaman kolonial Belanda pada saat di pimpin oleh Ronggo Jumeno yaitu sekitar tahun 1830 an masehi. Akan tetapi renovasi secara besar itu di mulai pada tahun 2002 yang ditandai dengan sebutan pemasangan tiang seribu yang masih mempertahankan 4 pilar utama dari kayu seperti ciri khas masjid jawa pada umumnya. Pada tahun 2011 renovasi terakhir dilakukan dengan menambah luas serambi masjid membangun kubah dan menara hingga seperti saat ini.
Perpaduan elemen arsitektur Masjid Agung Baitul Hakim juga di desain sedemikian rupa, untuk mencapai keindahan, kemewahan serta keanggunan. Antara lain elemen mempertahankan unsur keasliannya ( yaitu serambi makmum bagian dalam ) dengan ditopang empat tiang kayu penyangga utama yang merupakan ciri khas kebudayaan jawa dan unsur kebudayaan modern dengan ornamen-ornamen melapisinya di bagian dasar serta luar mulai lantai, kubah maupun menara –menara yang ada.