BAITUSSHOLIHIN

Berawal dari mushalla atau surau kecil yang berdiri di atas tanah milik Bapak H. Sholeh Bin H. Abdul Manan sekitar tahun 1980 an. Pada tanggal 29 Juni 1990 Bapak H. Sholeh Bin H. Abdul Manan mewakafkan tanahnya untuk dibangun Masjid Baitussholihin dan berdirilah sampai sekarang. Pada tahun 1996 direnovasi total dari mushala dijadikan Masjid Baitussholihin. Masjid diperluas dan dikembangkan oleh Bapak H. Nursalim sehingga Masjid Baitussholihin memiliki gedung TPQ Nurul Ikhlas. Masjid selesai direnovasi total pada tanggal 5 April 1996 dan diresmikan oleh Bupati KDH Tingkat II Kabupaten Tulungagung yaitu Bapak Drs. H. Jaefodin Said, M.Si. Bapak H. Sholeh Bin H. Abdul Manan sebagai wakif menunjuk 5 orang sebagai nadzir yaitu: 1. Bapak H. Nursalim Bin Fadlan; 2. Bapak Samuri; 3. Bapak Sadjari; 4. Bapak Imam Rifai; 5. Bapak Nur Rochmat. Dari ke 5 orang nadzir yang ditunjuk 3 orang sudah meninggal yaitu Bapak H. Nursalim Bin Fadlan; Bapak Samuri; Bapak Sadjari dan tersisa 2 orang nadzir yaitu Bapak Imam Rifai; Bapak H. Nur Rochmat. Karena 3 orang Nadzir meninggal dunia, undang-undang tentang wakaf mengamanatkan pengganti nadzir yang sudah meninggal maka BWI (BADAN WAKAF INDONESIA) atas permohonan dari nadzir yang masih hidup mengeluarkan Surat Keputusan Pergantian Nadzir yaitu: 1. Bapak H. Aswar Basuki - Sebagai Ketua Nadzir pengganti 2. Bapak Mohammad Khosim - Anggota Nadzir Pengganti 3. Bapak Zainudin - Anggota Nadzir Pengganti. Demi menjaga sejarah, para takmir Masjid Baitussholihin melestarikan amaliah yang telah ada sejak dahulu yaitu berdasarkan Ahlus Sunnah Wal-Jamaah (Aswaja).