Sejarah Berdirinya Masjid "Sabiilil Muttaqiin" Sentralan
Masjid Sentralan didirikan sekitar tahun 1880 Masehi oleh para sesepuh terdahulu. Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga berfungsi sebagai alat perekat bagi masyarakat setempat.
Menurut cerita para pendahulu, sebelum Indonesia merdeka, masjid ini sering menjadi tempat berkumpulnya para pejuang untuk menyusun strategi perlawanan terhadap penjajah. Pada masa penjajahan Belanda, masjid ini pernah menjadi sasaran serangan tentara Belanda. Salah satu bagian bangunan yang menjadi ikon masjid, yaitu menara bambu yang menjulang tinggi, dirobohkan oleh mereka.
Karena masjid ini menjadi tempat berkumpulnya para pejuang dari berbagai desa, maka nama "Sentralan" disematkan sebagai simbol tempat pertemuan kaum muslimin dan masyarakat setempat.
Pada tahun 1984, para pengurus masjid bersama mahasiswa IAIN Kediri mengadakan musyawarah dan menetapkan nama resmi masjid ini sebagai "Sabiilil Muttaqiin" Sentralan. Keputusan ini tetap mempertahankan nama "Sentralan" sesuai wasiat para tokoh pendahulu, agar generasi muslim saat ini selalu mengingat nilai sejarah masjid dan terdorong untuk terus meramaikannya. Hingga kini, nama "Sabiilil Muttaqiin" Sentralan tetap digunakan sebagai identitas resmi masjid.