Profil Masjid
Fasilitas Umum
Sarana Ibadah
Tempat Wudhu
Kamar Mandi/WC
Pembangkit Listrik/Genset
Sound System dan Multimedia
Kantor Sekretariat
Perpustakaan
Poliklinik
Aula Serba Guna
Ruang Belajar (TPA/Madrasah)
Tempat Penitipan Sepatu/Sandal
Taman
Parkir
Internet Akses
Kegiatan
Menyelenggarakan Ibadah Sholat Fardhu
Menyelenggarakan Sholat Jumat
Menyelenggarakan Kegiatan Hari Besar Islam
Menyelenggarakan Dakwah Islam/Tabliq Akbar
Menyelenggarakan Pengajian Rutin
Menyelenggarakan kegiatan pendidikan (TPA, Madrasah, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)
Pemberdayaan Zakat, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf
Melaksanakan Bimbingan Mualaf
Fasilitas Ramah Anak
Fasilitas Disabilitas
Fasilitas Perpustakaan
Dokumen
Dokumen tidak ditemukan atau belum diunggah
Sejarah Masjid
Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya dibangun sejak tanggal 4 Agustus 1995, atas gagasan Wali Kota Surabaya saat itu, H. Soenarto Soemoprawiro. Pembangunan Masjid ini ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Wakil Presiden RI Try Sutrisno. Namun karena krisis moneterpembangunannya dihentikan sementara waktu. Tahun 1999, masjid ini dibangun lagi dan selesai tahun 2001. Pada 10 November 2000, Masjid ini diresmikan oleh Presiden RI KH. Abdurrahman Wahid.
Tanah untuk membangun Masjid Nasional Al Akbar Surabaya (MAS) disediakan oleh Pemda Surabaya (Pemkot Surabaya), dari tanah peruntukkan fasilitas umum ditambah lahan sawah penduduk yang telah dibebaskan hingga luasnya mencapai kurang lebih 11,2 ha yang lokasinya terletak di kawasan Pagesangan Surabaya Selatan, di tepi jalan tol Surabaya – Malang. Keberadaan masjid ini juga sangat khas sebagai gerbang kota Surabaya dari arah Bandara Internasional Juanda.
Secara fisik, luas bangunan dan fasilitas penunjang MAS adalah 22.300 meter persegi, dengan rincian panjang 147 meter dan lebar 128 meter. Bentuk atap MAS terdiri dari 1 kubah besar yang didukung 4 kubah kecil berbentuk limasan serta 1 menara. Keunikan bentuk kubah MAS ini terletak pada bentuk kubah yang hampir menyerupai setengah telur dengan 1,5 layer yang memiliki tinggi sekitar 27 meter. Untuk menutup kubah, dipergunakan sebuah produk yang juga digunakan di beberapa masjid raya seperti Masjid Raya Selangor di Syah Alam (Malaysia). Ciri lain dari masjid raksasa ini adalah pintu masuk ke dalam ruangan masjid tinggi dan besar dan mihrabnya adalah mihrab masjid terbesar di Indonesia.
Rancang bangun arsitektur MAS dikerjakan oleh tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya bersama konsultan ahli yang telah berpengalaman membangun masjid-masjid besar di Indonesia. Mengingat posisi lahan yang labil dengan tingkat kekerasan yang minim, maka pembuatan pondasi dilakukan dengan system pondasi dalam atau pakubumi. Tidak kurang dari 2000 tiang pancang bagi pondasi masjid ini.
Untuk kelancaran pembangunan, berdasar rekomendasi dari Departemen Perhubungan dan Departemen Pekerjaan Umum membuka jalan tol menuju masjid, untuk mengangkat alat-alat berat yang tidak mungkin bisa melalui akses jalan pemukiman penduduk. Mengingat posisi tanah labil dengan tingkat kekerasan yang minim, maka pembuatan pondasi dilakukan dengan system pondasi dalam atau pakubumi, dengan menancapkantiang pancang. Sempat terjadi kekurangan stok tiang pancang sehingga harus dipasok dari Jawa Tengah. Tiang pancang yang diperlukan untuk berdirinya masjid ini sebanyak tidak kurang dari 2000 tiang pancang. Proses pemancangan tiang pondasi ini menghabiskan waktu kurang lebih tiga bulan.
Elemen arsitektur MAS juga didesain sedemikian rupa, untuk mencapai keindahan, kemewahan serta keanggunan. Antara lain elemen hiasan kaca patri (steined glass). Hiasan kaca patri yang digunakan masjid ini dibuat dengan sistem triple glazed unit. Yaitu pelapisan panel kaca patri atau panel bevel dengan kaca tempered yang menggunakan bahan dan mesin-mesin buatan Amerika. Triple glazed unit ini selain menghemat biaya, juga sangat baik untuk keperluan peredam suara bising.